Langsung ke konten utama

Prahara

 


Sunyi dan gaduh saling berpacu

Pada seluruh penjuru di penghujung waktu

 

Ibu, kita ditengah untaian duka

Polemik hidup kini jadi prahara

 

Sesal apakah masih berguna?

Kini air mata tiada lagi makna, kan

 

Sebutir nasi adalah hidup

Satu ucap kata-pun hidup

Seuntai doa jugalah hidup

 

Sayang…

Semua dimaknai dengan hidup jika sedang dalam praahara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TITIK TUMPU

Manusia tidak selalu berada dalam stabilitasnya Mengingat, bahwa kerancuan selalu menggerogoti setiap keyakinan, setiap pikiran, juga setiap kelakuan. Sabar sebentar untuk terdiam Berlari tak kan membuat seimbangmu utuh, layak dulu Jangan jalan terpanting, cobalah berporos Singgahlah, kopimu menunggu Tetap jadilah tempat berpijakku Layaknya kamu, aku tak bisa tanpa titik tumpu.

Review Buku "Catatan Juang" - Fiersa Besari

Judul                            : Catatan Juang Penulis                          : Fiersa Besari Penyunting                    : Juliagar R.N. Penyunting Akhir         : Agus Wahadyo Desainer Cover             : Budi Setiawan Penata Letak                  : Didit Sasono Penerbit                                : Mediakita – Jakarta Selaatan                             ...

BUKAN SEBABKU

Se sederhana bunga sepatu. Kudamba, tanpa harus menunjukkan segala kebolehan yang ia punya. Anggun-elok-tegak-meliuk di pagar kayu yang hampir setengah windu itu. Kamu tenang, tapi sejujurnya kamu sendiri rapuh, bukan? Jiwa menanggung nestapa. Menjadi sebab layu bungamu sebelum mestinya. Kau tahu apa yang lebih indah dari bungaku ini?  Biar ku beri tahu, jelas dirimu, kan. Tidak, aku sedang serius seperti biasanya. Cukup jelas memang, berulangkali aku melewatkanmu senyum bahkan seringaimu. Sesekalinya aku dapat, selalu ada kebahagiaan menyelinap. Entah dari dirimu, teman, orang orang di sekelilingmu, ah atau bahkan pilihanmu? Yang jelas, aku memilih tidak tahu. Jarak adalah benteng terakhirku. Parasmu terkadang menjadi objek yang aku gerami, namun jelas  munafik jika aku bertutur sama sekali tak merindui. Terimakasih, Sudah tersenyum meskipun bukan sebabku.