Se sederhana bunga sepatu. Kudamba, tanpa harus menunjukkan segala kebolehan yang ia punya. Anggun-elok-tegak-meliuk di pagar kayu yang hampir setengah windu itu. Kamu tenang, tapi sejujurnya kamu sendiri rapuh, bukan? Jiwa menanggung nestapa. Menjadi sebab layu bungamu sebelum mestinya.
Kau tahu apa yang lebih indah dari bungaku ini?
Biar ku beri tahu, jelas dirimu, kan.
Biar ku beri tahu, jelas dirimu, kan.
Tidak, aku sedang serius seperti biasanya.
Cukup jelas memang, berulangkali aku melewatkanmu senyum bahkan seringaimu.
Sesekalinya aku dapat, selalu ada kebahagiaan menyelinap. Entah dari dirimu, teman, orang orang di sekelilingmu, ah atau bahkan pilihanmu? Yang jelas, aku memilih tidak tahu.
Jarak adalah benteng terakhirku. Parasmu terkadang menjadi objek yang aku gerami, namun jelas munafik jika aku bertutur sama sekali tak merindui.
Terimakasih,
Sudah tersenyum meskipun bukan sebabku.
Siapa yang akan tahu perihal rasa dan isi hati seseorang
BalasHapusWkwk